Kamis, 16 Juni 2011

Sejarah Psikologi Sosial


A.    Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial
Sebelum ilmu imduknya, yaitu Psikologi, dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri, bibit-bibit psikologi sudah mulai tumbuh, yaitu ketika Lazarus dan Steindhal pada tahun 1860 mempelajari bahasa, tradisi dan instuisi masyarakat untuk menemukan “jiwa umat manusia” (humand mind) yang berbeda dari “jiwa individual”. (Bonner, 1953)
Upaya Lazarus dan Steindhal yang masih sangat dipengaruhi oleh ilmu bantroppologi tersebut, kemudian dikembangkan oleh W. Wundt sendiri pada tahun 1880 mulai mempelajari “Psikologi Rakyat” (Folk Psycology) dan mengajarkannya dengan Psikologi individual dalam eksperimen-eksperimennya. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat, rakyat, kelompok atau kumpulan orang mempunyai “jiwa” yang berbeda dari “jiwa” perorangan. Pendapat ini kemudian mempengaruhi seorang sosiolog terkemuka E. Durkheim yang terkenal dengan teorinya tentang perilaku masyarakat. (Bonner, 1953)
Kelahiran psikologi ditandai dengan dua buah buku berjudul sama, yaitu "Introduction to Social Psychology" ditulis oleh William McDougall - seorang psikolog - dan "Social Psychology : An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross - seorang sosiolog. McDougall menerangkan teori-teori social deng teori-teori instink (manusia berperilaku social karena nalurinya), sedangkan Ross menerangkannya dengan teori struktur social (manusia berperilaku social karena ada tata – aturan dalam masyarakat yang harus di ikuti). (Lindgren,. 1969; Shaver, 1977; Baron dan Byrne, 1994)
Publikasi lain yang dianggap fenomenal dalam kelahiran psikologi social adalah tulisan dari Floyd Allport pada tahun 1924. Dalam tulisannya Allport terlihat berorientasi modern. Ia mengatakan bahwa perilaku social bukan hanya disebabkan oleh naluri atau instink (yang bersifat biologic dan berlaku sama untuk setiap orang) dan juga tidak semata-mata dipengaruhi oleh struktur social. Dikatakannya bhawa perilaku social terjadi pada individu karena berbagai factor yang majemuk yang secara bersama-sama mempengaruhi individu tersebut.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1935 ketika Sherif melakukan eksperimennya tentang pembentukan norma social dari pendapat individu-individu dan selanjutnya individu-individu itu berperilaku dengan berpatokan pada norma social itu. Setelah eksperimen Sherif itu, psikologi social makin berkembang dengan penelitian-penelitian tentang kepemimpinan dan proses kelompok oleh Kurt Lewin pada tahun 1939. (Baron & Byrne, 1994)
Setelah perang dunia selesai, perhatian psikologi beralih ke proses individual dan psikologi sosial mulai mempelajari proses interaksi sosial. Disekitar tahun 1957 lahirlah aliran psikologi kognitif yang tokohnya antara lain adalah Festinger. Aliran ini mengemukakan teori tentang “Disonansi Kognitif”, yaitu keadaan dalam kesadaran dimana ada dua elemen kesadaran yang tidak saling menunjang (keadaan disonan) sehingga manusia berperilaku tertentu untuk mengembalikan keseimbangan (konsonan) antara elemen-elemen kesadaran itu.
Proses pendewasaan psikologi social mencapai puncaknya antara tahun 1970 sampai tahun 1980. Tahap ini pun ditandai dengan berkembangnya penelitian-penelitian psikologi sosila terapan. (Baron &Byrne, 1994). Seperti PSikologi kesehatan, psikologi hokum, psikologi lingkungan kerja, psikologi kepolisian, dan psikologi lingkungan.
Di masa depan, penelitian akan mengarah pada kognisi dan penerapan psikologi social dengan menggunakan perfektif kebudayaan. Factor kognisi berupa atribusi, sikap, stereotip, prasangka dan disonansi kognitif (Baron dan Byrne, 1994; Glassman dan Hadd, 2004) adalah dasar dari tingkah laku sosial manusia. Ketertarikan untuk mengembangkan faktor ini dalam psikologi sosial berkembang pada tahun 1970-an. Perpektif kebudayaan dan sosial sebagai tingkat analisis utama.
Kelahiran psikologi di Indonesia menjadi awal dari keberadaan psikologi sosial di Indonesia. Diawali dengan munculnya bagian psikologi sosial di fakultas psikologi di Universitas Indonesia pada tahun 1967. Kelahirannya di Indonesia bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi sosial di dunia. Selanjutnya, ditahun yang sama, fakultas psikologi Universitas Indonesia mengembangkan bagian psikologi sosial yang kemudian menghasilkan para peneliti-peneliti awal psikologi sosial di Indonesia.
Sedangkan latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat, seperti :
1)      Gabriel Tarde (1842-1904)
Ia adalah seorang sosiolog dan kriminolog Perancis yang dianggap pula sebagai Bapak Psikologi Sosial (social interaction). Tarde berpendapat bahwa semua hubungan social (social interaction) selalu berkisar pada proses imitasi, bahkan semua pergaulan antar manusia itu hanyalah semata-mata berdasarkan atas proses imitasi. Menurutnya, masyarakat itu tidak lain dari pengelompokan manusia, dimana individu yang satu mengimitasi dari yang lain dan sebaliknya, apabila manusia mulai mengimitasi kegiatan manusia lainnya. Jadi, pokok-pokok teori psikologi social Tarde berpangkal kepada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi social antar manusia.
2)      Gustave Le Bon (1841-1932)
Le Bon mengatakan bahwa massa itu mempunyai satu jiwa tersendiri yang berlainan sifatnya dengan sifat-sifat jiwa individu. Jadi seorang individu yangtergabung dalam massa itu akan bertingkah laku secara berlaianan dibandingkan dengan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari sebagai individu. Adapun sifat massa itu lebih impulsif, lebih mudah tersinggung, ingin bertindak dengan segera dan nyata, lebih mkudah terbawa-bawa oleh sentimen, kurang rasionil, lebih mudah dipengaruhi (sugestibel), lebih mudah mengimitasi dan sebagainya.
Dari uraian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa menurut Le Bon pada manusia terdapat dua macam jiwa, yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlainan sifatnya. Jiwa massa lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada sifat-sifat jiwa individu.
3)      Sigmun Freud (1856-1939)
Ia disamping sebagai ahli psikologi, dapat disebut sebagai bapak Psiko-analisa, juga seorang psikiater Austria yany ternama. Seirama dengan Le Bon, ia berpendapat bahwa jiwa massa itu mempunyai sifat-sifat khusus yang berlainan dengan difat-sifat jiwa individu.
Berlainan denga Le Bon, ia berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oelh jiwa individu. Hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri, karena memang dalam keadaan terpendam. Baru setelah dalam situasi massa, maka sifat-sifat yang terpendam tersebut seolah-olah diajak untuk mengatakan dirinya dengan leluasa, sehingga tampaklah jiwa massa yang sebelumnjya tidak terduga-duga itu. Namun terkadang pula jiwa massa terkandung sifat-sifat yang positif, sifat-sifat yang baik, antara lain : sifat rela berkorban, suka membantu, dan lain sebagainya.
4)      Emile Durkheim (1858-1917)
Sebagai seorang tokoh sosiologi, ia berpendapat bahwa :
a.          Gejala-gejala social yang terjadi dalam masyarakat itu tidak dapat dibahas oleh psikologi, melainkan hanya oleh sosiologi. Adapun alasannjya ialah bahwa yang mendasari gejala-gejala sosial itu adalah suatu kesadaran kolektif dan bukan kesadaran individual.
b.         Masyarakat itu terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektuif dengan pengertian-pengertian dan tangggapan-tanggapan yang kolektif pula. Dan hanya dengan kehidupan kolektif itulah yang dapat menerangkan gejala-gejala social.
c.          Bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa, seperti yang dikemukakan oleh Le Bon, yaitu jiwa kelompok (group mind) dan jiwa individu (individual mind).
5)      Wiliam Jame & Charles H. Cooley (hidup awal abad 20)
Mereka berpendapat bahwa perkembangn individu itu berhubungan erat dengan perkembangan masyarakat di sekitarnya.
Dari uraian singkat itu jelaslah bahwa cirri-ciri dan tingkah laku individu tidak mudah dimengerti jika tidak dikaitkan dalam hubungannya dengan orang-orang lain di dalam kelompok itu, sebab sejak dilahirkan individu itu sudah berinhteraksi social dengan orang lain, misalnya dengan orang tuanya, keluarganya, kawan-kawan seperdamaian, yang kesemuanya ini akan memupuk perkembangan individual serta keseimbangan pribadi sebaik-baiknya. Bahkan Cooley menambahkan bahwa selfconsept seseorang individu merupakan refleksi dari pada konsep-konsep orang lain.
6)      Kurt Lewin (meninggal tahun 1966)
Lewin dengan Teorinya field Theori (teori lapangan) mengembangkan bagaimana perilaku terbentuk. Dia memberikan rumusan teoritis B = f (P,E). Tingkah laku (B: Behavioral) merupakan hasil dari fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E: Environment).
Pokok pikiran Field Psikologi adalah bahwa bagaimanapun dan bilamanapun manusia itu selalu hidup dalam satu Field. Oleh karena itu uraian mengenai tingkah laku manusia harus pula memperhatikan kekuatan-kekuatan yang bekerja terhadapnya dalam lapangan yang berobah-obah itu. Hasil eksperimennya adalah  bahwa cara-cara kepemimpinan yang berlainan, akan berpengaruh secara berlainann pula terhadap suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku dalam kelompoknya masing-masing.

B.           Urutan Kronologi Perkembangan Psikologi Sosial
1898: Gabriel de Tarde mempublikasikan Etudes de Psychologie Sociale (Studies of Social Psychology) yang banyak membahas tentang imitasi, dasar teori belajar sosial dan konformitas. Dan dalam American Journal of Psychology, Norman Triplett menggambarkan eksperimen yang berkaitan dengan fasilitasi sosial.
1908 : Edward Ross dan William McDougall mempublikasikan buku teks Psikologi Sosial
1918 – 1920 : para psikolog sosial (W. I. Thomas dan F. Znaniecki’s) mulai mendefinisikan ranah mereka. Sikap menjadi konsep utama.
1921 : The Journal of Abnormal Psychology menjadi The Journal of Abnormal and Social Psychology
1924: Floyd Allport mempublikasikan pengaruh social
1934 : George Herbert Mead mempublikasikan bukunya yang berjudul Mind, Self and Society yang menekankan pada interaksi antara diri (self) dan orang lain
1935 : Buku pegangan Psikologi Sosial untuk pertama kalinya diterbitkan dengan Carl Murchinson sebagai editornya.
1936 : Muzafer Sherif menjelaskan proses konformitas dalam The Psychology of Social Norms
1939 : Kurt Lewin, bersama dengan muridnya Ronald Lippit dan Ralph White, melaporkan studi eksperimental mengenai gaya-gaya kepemimpinan. Pada tahun yang sama, Dollar-Miller mengenalkan teori frustasi-agresi
1941 : Dalam Social Learning and Imitation, Neal Miller dan Jhon Dollar mengemukakan teori yang perluasan dari prinsip-prinsip behavioristik dalam perilaku social.
1945 : Kurt Lewin mengemukakan penelitian tentang Dinamika Kelompok
1954 : Buku pegangan Psikologi Sosial edisi modern diterbitkan dengan Gardner Linzey sebagai editornya.
1957 : Leon Festinger mempublikasikan A Theory of Cognitive Dissonance, yang menampilkan suatu model yang menekankan pada konsistensi antara pemikiran dan perilaku
1958 : Fritz Heider memberikan pondasi awal bagi teori atribusi melalui publikasi pada The Psychological of Interpersonal Behavior
1959 : Jhon Thibaut dan Harold Kelley mempublikasikan The Social Psychology of Group yang merupakan pondasi bagi teori pertukaran social
1965 : The Journal of Abnormal and Social Psychology terbagi dalam dua publikasi yang terpisah, The Journal of Abnormal Psychology menjadi The Journal of Personality and Social Psychology
1985 : Edisi Ketiga buku pegangan Psikologi Sosial dipublikasikan dengan Gardner Linzey dan Elliot Aronson sebagai editornya.

C.    Hubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu Lain
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi social denagn ilmu-ilmu yang obyek-nya juga manusia, seperti misalnya: Imu hokum, ekonomi, sejarah dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Bahkan ada yang berpendapat bahwa psikologi social adalah identik dengan sosiologi. Tetapi sebenarnya ada sedikit perbedaan antara psikologi social dengan sosiologi.
Pada psikologi social yang dibicarakan adalah manusia sebagai anggota masyarakat. Jadi meninjau interaksi dalam kelompok, bagaimana hubungan individu yang satu dengan yang lain dalam kelompok itu, dan sebagainya. Sedangkan sosiologi membicarakan tentang kelompok-kelompok manusia sebagai suatu kesatuan, misalnya: tentang macam-macamnya kelompok, perobohan-perobohannya, macam-macam pimpinan dan sebagainya. Disini tidak dibicarakan individu yang satu denagan dengan yang lain, tetapi hanya dibicarakan kelompok sebagai kesatuan.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa psikologi social meninjau hubungan individu yang satu dengan yang lain. Masalah-masalah yang dibicarakan banyak yang bersamaan dengan sosiologi, hanya saja sudut pandangannya berbeda. Sedang kalau di pandang psikologi social: bagaimana hubungan social/manusia yang satu dengan yang lain, bagaimana pengaruh terhadap pimpinan, bagaimana sikap kelompok terhadap pimpinan dan sebagainya. Maka dapatlah dikatakan bahwa psikologi social dan sosiologi sangat erat hubungannya satu sama lain. Seperti yang di kemukakan oleh W.A. gerungan bahwa antara psikologi dan sosiologimerupakan daerah dari psikologi social.  “ Bila lingkaran pertama menyatakan bidang ilmu psikologi, dan lingkaran kedua adalah lingkaran sosiologi, maka bidang yang ditutupi oleh kedua lingkaran bersama adalah bidang psikologi social”. Dengan demikian akan terlihat kepada kita bagaimana hubungan antar psikologi social di satu pihak dan sosiologi di lain pihak.
1.      Hubungan psikologi social dengan sosiologi 
Ilmu yang dapat mempengaruhi pada Psikologi Sosial adalah Sosiologi dan Antropologi,(Bonner-1953)
Sosiologi : Suatu bidang ilmu yang terkait dengan perilaku hubungan antar individu, atau antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku sosialnya.
Antropologi : lebih memfokuskan pada perilaku sosial dalam suprastruktur budaya tertentu, jd lebih ke bidang budayanya.
Psikologi Sosial : jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya atau mempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya. 
Perbedaan  antara Psikologi Sosial dengan Sosiologi adalah lebih terfokus studinya. Fokus perhatian studi psikologi social lebih dominan ke perilaku individu. Berbeda dengan Sosiologi  yang lebih terfokus pada sistem dan struktur sosial yang dapat berubah tanpa bergantung pada individu tersebut.Sosiologi lebih memfokuskan pada masyarakat dan budaya yang melingkupi individu.
2.      Hubungan psikologi social dengan antropologi
Fokus studi antropologi awal tahun 1920-an : Ahli antropologi tertarik pada lingkungan dan kebudayaan dari bayi dan anak-anak, masa itu sangat dianggap penting bagi pembentukan kepribadian dewasa yang khas dalam suatu masyarakat. Karena pembentukan kepribadian adalah sesuatu yang patut dipelajari dan di tanam dalam diri masyarakat, agar da batasan dan norma-norma yang berlaku.
Hampir semua penelitian yang mendalami “kepribadian bangsa” menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian yang tampak berbeda pada bangsa-bangsa di dunia ini bersumber pada cara pengasuhan pada masa kanak-kanak. Karena pada masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting untuk menngatur dan melihat jati diri, masa kanak-kanak yang bisa di ajarkan berperilaku baik sesuai norma dan adat dan masa kanak-kanalah yang pandai meniru.
Dalam perkembangannya, fokus pendekatan psikologis pada keanekaragaman kebudayaan, berubah. Minat terhadap hubungan pengasuhan semasa anak-anak dan kepribadian setelah dewasa, tetap dipertahankan, namun beberapa ahli antropologi mulai meneliti faktor-faktor determinan yang mungkin jadi penyebab dari kebiasaan pengasuhan anak yang beragam Kebudayaan tertentu menghasilkan karakteristik psikologi tertentu menimbulkan ciri budaya lainnya.
Kesimpulan mengenai pendekatan psikologis dalam antropologi budaya: dengan menghubungkan variasi dalam pola budaya dengan masa pengasuhan anak, kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari faktor psikologis dan prosesnya.
Anthropology in mental health: memfokuskan diri pada aspek sosial budaya yang mempengaruhi kondisi/ gangguan mental pada diri individu.
3.      Hubungan psikologi social dengan ilmu politik 
Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam bidang politik, “massa psikologi”. Penting bagi politisi untuk menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya, golongan tertentu pada khususnya. Psikologi social dapat menjelaskan bagaimana sikap dan harapan masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkahlaku yang berpegang teguh pada tuntutan masyarakat.

4.      Hubungan psikologi social dengan ilmu komunikasi 
Banyak disiplin ilmu yang terlibat dalam studi komunikasi. Dalam perkembangannya ilmu komunikasi melakukan “perkawinan’ dengan berbagai ilmu lain.
Subdisiplin : komunikasi politik, sosiologi komunikasi masa, psikologi komunikasi
Psikologi komunikasi : ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengndalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.
5.      Hubungan psikologi social dengan ilmu alam
Pada permulaan abad ke-19 psikologi dalam penelitiannya banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil eksperimen.
Objek penelitian psikologi: manusia dan tingkah lakunya yang selalu hidup dan berkembang
Objek penelitian ilmu alam : benda mati.
6.      Hubungan psikologi social dengan imu filsafat
Filsafat : hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya filsafat berangkat dari apa yang dialami manusia. Ilmu psikologi menolong filsafat dalam penelitiannya. Kesimpulan filasafat tentang kemanusiaan akan ‘pincang’ dan jauh dari kebenaran jika tidak mempertimbangkan hasil psikologi.
7.      Hubungan psikologi social dengan ilmu pendidikan
Ilmu Pendidikan: bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilamana tidak didasarkan pada psikologi perkembangan. Hubungan kedua disiplin ilmu ini melahirkan Psikologi Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan, Sarlito. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika
Wirawan, Sarlito. 2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Baron & Byrne. 1994. Psikologi Sosial
Wirawan, Sarlito. 2002. Psikologi Sosial (Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial). Jakarta : Balai Pustaka.
Ahmadi, Abu. 1988. Psikologi Sosial. Surabaya : Bina Ilmu.
Taylor, Shelly, Lestifia Anne, David Sears. 2009. Psikologi Sosial (Edisi Ke-12). Jakarta : Kencana.

0 komentar:

Posting Komentar