Sabtu, 03 Desember 2011

Karl Marx


A.    Biografis
Marx dilahirkan di Trier, Prussia–Jerman pada tanggal 5 mei 1818. Dia adalah anak seorang pengacara Yahudi[1]. Pada tahun 1841 marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, universitas yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan guru–guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikiran kritis. Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah Koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala Koran itu. Esai–esai awal yang diterbitkan dalam periode ini mulai mencerminkan sejumlah pendirian yang membimbing Marx sepanjang hidupnya. Esai–esai tulisan Marx itu secara bebas ditaburi prinsip–prinsip demokrasi, kemanusiaan dan idealisme awal. Ia menolak keabstrakan filsafat Hegelian, mimpi naïf komunis utopian dan gagasan aktivis yang mendesakkan apa yang ia anggap sebagai tindakan politik premature[2]. Dalam menolak gagasan aktivis ini, Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidupnya sendiri :
“Upaya praktis, bahkan dengan mengerahkan massa sekalipun, akan di jawab dengan meriam saat upaya itu di anggap berbahaya.tetapi, gagasan yang dapat mengalahkan intelektual kita dan yang menaklukkan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kesadaran kita, merupakan belenggu–belenggu dimana seseorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawa–nyawanya; gagasan–gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengan meyerah kepadanya”. ( Marx, 1842 / 1977 : 20 ).
Marx menikah pada tahun 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan Jerman untuk mendapatkan suasana yang lebih liberal di Paris. Di Paris ia terus bergulat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru Sosialisme Perancis ekonomi politik Inggris. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah kafe terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup.
Di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya The Condition Of the Working Class in England. Selama periode itu marx menerbitkan sejumlah karya yang sukar di pahami (kebanyakan belum diterbitkan selama hidupnya) termasuk The Holy Family dan The Germany Ideology (ditulis bersama Engels) dan ia pun menulis The Economic and Philosophic manuscript of 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi makin meningkat. Meski Marx dan Engels mempunyai orientasi teoritis yang sama, namun ada juga perbedaan diantara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual teoritis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarganya. Engels adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga. Meski mereka berdua berbeda, Marx dan engels menempa kerja sama yang akrab sehingga mereka berkolaborasi dalam menulis buku dan artikel dan bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan Marx mencurahkan perhatian pada kegiatan intelektual dan politiknya.[3]
Meski ada asosiasi erat antara nama Marx dan Engels, namun Engels menjelaskannya bahwa ia adalah teman junior :
“Marx mampu berkarya sangat baik tanpa aku. Aku tak pernah mencapai prestasi seperti yang dicapai Marx. Pemahaman Marx lebih tinggi, pengamatannya lebih jauh dan pandangannya lebih luas serta lebih cepat ketimbang aku. Marx adalah jenius.” (Engels, dikutip dalam McLellan, 1973 : 131 – 132).
Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai seluk – beluk karya Marx.
B.     Arah Pemikiran / Tujuan
Tujuan utama marx adalah menganalisis hubungan antara kondisi–kondisi kehidupan (subekonomi masyarakat) dan gagasan–gagasan (superstruktur normative masyarakat) pada dasar–dasar kontinuitas perubahan melalui perkembangan sejarah masyarakat. Hubungan interaktif semacam ini merupakan dasar pemikiran Marx sebagaimana dia telah mengkaji perubahan–perubahan dari manusia yang alami menjadi manusia–manusia yang terasing melalui eksploitasi kapitalistik dan industrialisasi. Tujuan ideologis di belakang rumusan teorinya adalah retransformasi masyarakat menjadi sebuah negara yang alami daripada manusia terasing dan akan menyatu dengan lingkungan sosial dan alamnya. Marx kemudian jadi seorang ahli teori terapan (applied theorist) yang menggunakan tradisi Hegel Jerman. Dalam menanggapi tekanan–tekanan politik dan ekonomi pada masanya, dia mengembangkan sebuah dialektika teori orientasi perubahan masyarakat yang memberikan penekanan tertentu pada substruktur ekonominya.[4]
C.    Asumsi – Asumsi
Sebagian besar asumsi dasar Marx adalah
a)      Keberadaan menentukan kesadaran, yaitu kondisi–kondisi kehidupan material menentukan tipe kesadaran normative atau kesadaran sosiologi seseorang.
b)      Materi menentukan ideologi, dengan perubahan sifat–sifat materi (kontradiksi ekonomi dan materi), dan berakibat pada perubahan sosial.
c)      Masyarakat juga bergantung pada kondisi–kondisi materi kehidupan, yang substruktur ekonominya dikembangkan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan pokok mereka (seperti perjuangan manusia terhadap alam), menentukan masyarakat superstruktur politik dan hukum masyarakat.
d)     Interaksi dialektika (sintesis akhir dan saling menggantikan dari unsur–unsur yang berlawanan) di antara substruktur ekonomi dan superstruktur normative menghantarkan masyarakat pada sejumlah tahapan perubahan, yaitu meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan–kebutuhan ekonomi yang berakibat meningkatnya sistem pembagian kerja atau struktur peran.[5]
D.    Metodologi
Fokus Marx pada kontradiksi-kontradiksi yang benar-benar ada, membawa dia kepada suatu metode khusus untuk mempelajari fenomena social yang disebut dialektika.

Fakta dan nilai
Dalam analisis dialektis, nilai-nilai sosial tidak dapat dipisahkan dari fakta-fakta social. Kebanyakan sosiolog menganggap nilai-nilai mereka bisa dan bahkan harus dipisahkan dari studi mereka terhadap fakta-fakta dunia sosial. Namun pemikir dialektis percaya bahwa bukan hanya tidak mungkin untuk membiarkan nilai-nilai tidak terlibat dalam studi terhadap dunia sosial, tetapi juga tidak diinginkan, karena itu akan menghasilkan suatu sikap ketakperpihakan, sosiologi yang tak manusiawi yang hanya menawarkan sedikit hal kepada orang dalam mencari jawaban atas problem-problem yang mereka hadapi.
Namun bagi Marx, dia tetap ingin mengambil sikap tidak berpihak dalam menganalisis masyarakat kapitalis. Namun, ketika Marx terlibat secara emosional pada apa yang telah dia pelajari, itu bukan berarti observasi-observasinya tidak akurat. Bahkan basa dinyatakan bahwa pandangan marx yang berpihak pada isu-isu ini memberinya pengertian yang tidak pararel terhadap hakekat masyarakat kapitalis.
Hubungan Timbal Balik
Bagi pemikir dialektis, pengaruh social tidak pernah secara sederhana mengalir disatu arah sebagaimana yang diandaikan para pemikir-pemikir sebab akibat. Bagi dialektikawan, satu faktor mungkin memang berpangaruh pada faktor lain, namun faktor lain ini juga akan berpengaruh pada faktor pertama. Misalnya, meningkatnya eksploitasi terhadap para pekerja oleh kapitalis barangkali menyebabkan para pekerja semakin tidak puas dan lebih militant, tetapi peningkatan militansi proletariat juga mungkin akan menyebabkan kapitalisbereaksi dengan menjadi makin exsploitatif agar resistensi para pekerja bisa ditaklukan
Masa lalu, Masa sekarang, dan Masa depan
Para dialektikawan tidak hanya tertarik pada hubungan fenomena-fenomena sosial pada dunia kontemporer, tetapi juga tertarik pada hubungan realitas-realitas kontemporer tersebut dengan fenomena social masa lalu dan masa yang akan datang. Hal ini memiliki dua implikasi yang terpisah terhadap sosiologi dialektis. Pertama, ia berarti bahwa para sosiolog dialektis bergelut mempelajari akar-akar histories dunia kontemporer sebagaimana yang dilakukan oleh Marx dalam studinya terhadap sumber-sumber kapitslisme modern. Kedua, banyak pemikir dialektis menyesuaikan diri pada tren sosialmasa sekarang ntuk memahami arah yang mungkin bagi masyarakat dimasa depan. Minat pada kemungkinan di masa depan ini adalah salah satu alasan utama mengapa sosiologi  dialektis secara inheren bersifat politis.
Tidak Ada yang Tidak Dapat dielakkan
Pandangan dialektis yang melihat adanya hubungan antara masa sekarang dengan masa yang akan datang bukan berarti masa datang ditentukan oleh masa sekarang. Terence Ball (1991) menggambarkan Marx sebagai seorang “yang menyakini kesempatan politis” ketimbang “kepastian sejarah”. Karena fenomena sosial selalu melahirkan  aksi dan reaksi, maka dunia sosial tidak dapat dilukiskan lewat model yangs ederhana dan deterministic. Masa yang akan dating mungkin didasarkan pada beberapa model yang ada saat ini, tetapi itu bukan berarti dia sudah pasti seperti yang digambarkan model itu.Studi-studi hisroris Marx menunjukkan bahwa manusia menentukan pilihan-plihan, tetapi pilihan-pilihan tersebut terbatas. Misalnya, Marx percaya bahwa masyrakat ikut serta dalam perjuangan kelas dan bahwa manusia bisa memilih untuk berpatisipasi dalam rekonstitusi masyrakat revolusioner sepenuhnya atau dalam kejatuhan umum persaingan kelas.
Aktor dan Struktur
Para pemikir dialektis juga tertarik pada dinamika hubungan aktor dan struktur social. Marx tentu saja sudah mengenal saling pengaruh yang terus terjadi antara level-level utama analisis sosial. Inti pemikiran Marx berada pada hubungan antara manusia dan stuktur skala luas yang mereka ciptakan. Disatu sisi, struktur skala luas ini membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan, disisi lain, dia mempresentasikan suatu ancaman yang menakutkan terhadap umat manusia. Namun, metode dialektis bahkan lebih kompleks.
Sifat Dasar Manusia
Marx membangun analisis kritisnya terhadap-terhadap kontradiksi-kontradiksi masyarakat kapitalisberdasarkan premis-premisnya tentang sifat dasar manusia, hubungannya dengan pekerja, dan potensinya bagi alienasi dibawah kapitalisme.
            Marx menulis didalam karya awalnya bahwa manusia merupakan suatu “ansambel relasi-relasi sosial”. Sifat dasar manusi bukan merupakan sesuatu yang statis, akan tetapi berbeda-beda sesuai latar histories dan sosial. Bagi marx konsepsi sifat dasar manusia yang tidak memperhitungkan faktor-faktor sosial dan sejarah adalah salah, akan tetapi melibatkan faktor-faktor itu juga tidak sama dengan tidak menggunakan konsepsi dengan sifat dasar manusia sama sekali. Sifat dasar manusia pada umumnya penting, cara sifat dasar tersebut dimodifikasi pada masing-masing tahapan sejarah. Marx sering menggunakan istilah species being, adalah potensi-potensi dan kekuatan-kekuatan yang unik yang membedakan kita dari spesies yang lain. Beberapa konsepsi tentang sifat dasar manusia adalah bagian dari teori sosiologi. Konsep dasar manusia mendikte bagaimana masyarakat bisa disokong dan diubah, akan tetapi yang paling penting bagi teori marx adalah, anjurnya bagaimana masyarakat harus diubah.
Bagi Marx spesies manusia dan sifat dasarnya terkait dengan kerja. Kerja adalah pertama dan utama sekali, suatu proses dimana manusia dan alam sama-sama terlibat, dan dimanusia dengan persetujuan dirinya sendiri memulai, mengatur, dan mengontrol reaksi-reaksi material antara dirinya dengan alam, dengan bertindak terhadap dunia eksternal dan mengubahnya, manusia pada saat bersamaan mengubah sifat dasar dirinya.[6]
Pandangan marx tentang hubungan antara kerja dan dan sifat dasar manusia. Pertama, yang membedakan kita dengan binatang yang lain, spesies kita sebagai manusia adalah bahwa kerja kita mewujudkan suatu hal didalam realitas yang sebelumnya hanya didalam imajinasi. Marx menyebut proses dimana kita menciptakan objek-objek eksternal di luar pikiran internal kita dengan objektivikasi. Kedua, kerja ini bersifat material. Ketiga, marx percaya bahwa kerja ini tidak hanya mengubah alam, tetapi juga mengubah kita, termasuk kebutuhan, kesadaran, dan sifat dasar kita. Bahkan kerja artistik, merupakan respons terhadap kebutuhan, dan transformasi yang dibawa kerja itu juga mentransfortasikan kebutuhan kita. Pemenuhan kebutuhan bisa membawa kita pada penciptaan kebutuhan baru. Tidak hanya syarat-syarat objektif yang berubah didalam tindakan produksi tetapi para prosedur pun berubah, mereka menghasilkan kualitas-kualitas baru di dalam diri mereka sendiri, mengembangkan diri mereka di dalam produksi, mentranformasikanya, mengembangkan kekuatan-kekuatan, ide-ide, berbagai bentuk hubungan, kebutuhan-kebutuhan dan bahasa baru.
Bagi Marx, kerja adalah pengembangan kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi kita yang sebenarnya. Dengan mentransfortasikan realitas material agar sesuai dengan tujuan kita, kita juga mentransformasikan diri kita sendiri. Kerja juga merupakan aktivitas sosial. Kerja tidak hanya mentransformasikan kemanusiaan secara individual, melainkan juga mentransformasikan masyarakat. Kemunculan manusia sebagai individu tergantung pada masyarakat. Marx menulis “ manusia, didalam pengertian yang paling literer dari zoon politikon, tidak hanya berarti binatang soaial, akan tetapi merupakan binatang yang baru bisa berkembang menjadi individu jika berada dalam masyarakat.[7]
ALIENASI
Marx percaya bahwa ada hubungan yang inheren antara kerja dan sifat manusia, tetapi ia juga berpendapat kalau hubungan ini telah diselewengkan oleh kapitalisme. Dia menyebut hubungan yang diselewengkan ini dengan alienasi.
Marx menganalisis bentuk yang aneh bahwa hubungan kita dengan kerja kita berada dibawah kapitalisme. Kita bekerja berdasarkan tujuan kapitalis yang menggaji dan mengupah kita. Di dalam kapitalisme, kerja tidak lagi menjadi tujuan pada dirinya sendiri tetapi sebagai ungkapan dari kemampuan dan potensi kemanusiaan, melainkan terekdusi menjadi sarana untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh uang. Individulah yang mengalami alienasi dalam masyarakat kapitalis, fokus analisis dasar marx adalah struktur kapitalisme yang menjadi biang alienasi. Marx menggunakan konsep alienasi untuk pengaruh produksi kapitalis terhadap manusia dan terhadap masyarakat. Hal yang terpenting adalah sistem dua kelas di mana kapitalis menggunakan dan memperlakukan para pekerja (dan dengan cara demikian, waktu kerja mereka) dan alat-alat produksi mereka (alat-alat dan bahan mentah) sebagaimana produk-produk akhir dan para pekerja dipaksa menjual waktu kerja mereka kepada kapitalis agar mereka bisa bertahan.
Alienasi terdiri dari empat unsur dasar:
1.      para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif mereka.
2.      Pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas-aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan aktivitas-aktivitas tersebut –produk. Produk kerja mereka tidak menjadi milik mereka, melainkan menjadi milik para kapitalis yang mungkin saja menggunakan cara-cara yang mereka inginkan, karena produk merupakan hak milik pribadi para kapitalis. Marx menyatakan kepada kita “ hak milik pribadi adalah produk, hasil, dan dampak-dampak yang punya nilai dan harga yang dihasilkan dari kerja yang teralienasi.” Kapitalis akan menggunakan hak miliknya untuk menjual produk demi mendapatkan keuntungan.
3.      Para pekerrja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja. Asumsi Marx adalah bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus bertahan.
Alienasi merupakan satu contoh kontradiksi yang menjadi fokus pendekatan dialektis marx. Ada kontradiksi nyata antara sifat dasar kita yang dibatasi dan ditransformasikan oleh kerja dengan kondisi-kondisi sosial yang aktual dari kerja di bawah kapitalisme. Marx ingin menekankan bahwa kontaradiksi ini tidak bisa dipecahkan hanya didalam pikiran.
Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis
Pada masa Marx, Eropa mengalami peningkatan industrialisasi yang begitu pesat. Pada tahun 1840-an, ketika Marx memasuki masa produktifnya, eropa dijangkiti krisis sosial dimana-mana. Hal ini membawa kepada serangkaian pembrontakan di eropa pada tahun 1848 (segera setelah publikasi communist manifesto Marx dan Hegel). Berbagai pengaruh industrilisasi dan konotasi-konotasi politisnya yang sangan jelas terlihat pada kelompok yang kebanyakan mrendiami wilayah-wilayah pedalaman yang seecara kolektif merujuk kepada jerman.
Analisis Marx tentang alienasi merupakan respons terhadap perubahan ekonomis, sosial, dan politis yang dia lihat di sekelilingnya. Dia ingin memahami perubahan semacam apa yang dibutuhkan untuk membuat suatu masyarakat bisa mengekspresikan potensi kemanusiaannya secara memadai. Marx mengembangkan suatu pengertian penting: sistem ekonomi kapitalis adalah sebab utama alienasi.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana sejumlah besar pekerja, yang hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis yang memiliki hal-hal berikut: komoditas-komoditas, alat-alat produksi, dan bahkan waktu kerja para pekerja karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji. Pengertian secara sentral, Marx adalah bahwa kapitalisme lebih dari sekedar sistem ekonomi. Paling penting lagi, kapitalis adalah sistem kekuasaan. Rahasia kapitalisme adalah bahwa kekuatan-kekuatan politis telah di ubah menjadi relasi-relasi ekonomi. Kapitalisme tidak hanya menjadi sekedar sistem ekonomi; pada saat yang sama, kapitalisme juga merupakan sistem politis, suatu cara menjalankan kekuasaan, dan suatu proses eksploitasi atas para pekerja.
Tujuan Marx adalah memperjelas aspek sosial dan politis dari ekonomi dengan memperlihatkan “hukum gerak ekonomi masyarakat modern”. Sealin itu, Marx juga ingin memperlihatkan kontradiksi-kontradiksi internal yang diperkirakan akan mengubah kapitalisme.[8]
Komoditas
            Pandangan Marx tentang komoditas berakar pada materialisnya, pandangan Marx adalah di dalam interaksi-interaksi mereka dengan alam dan dengan para aktor lain, orang-orang memproduksi objek-objek yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Objek-objek ini diproduksi untuk digunakan oleh dirinya sendiri atau orang lain di dalam lingkungan terdekat. Inilah yang disebut Marx dengan nilai guna komoditas. Produk-produk memiliki nilai tukar artinya bukannya digunakan langsung, tapi dipertukarkan dipasar demi uang atau demi objek-objek yang lain.
Fetisisme Komoditas-komoditas
            Komoditas-komoditas merupakan produk kerja manusia, tetapi komoditas-komoditas tersebut bisa terpisah dari kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan pembuatannya. Komoditas menjadi suatu realitas eksternal yang independen, bahkan hampir menjadi realitas eksternal yang mistis, Mark menyebutnya dengan fetisisme komoditas. Di dalam kapitalisme, produk-produk yang kita buat, dan ekonomi yang terbentuk dari pertukaran-pertukaran yang kita lakukan, semuanya terlihat memiliki kehidupan sendiri.
            Jadi, ekonomi memiliki fungsi yang menurut Marx hanya bisa dijalankan oleh aktor yaitu produksi nilai. Fetesisme komoditas memberi ekonomi suatu realitas objektif independen yang berada diluar aktor dan paksaan terhadapnya. Fetesisme komoditas kemudian diterjemahkan menjadi konsep reifikasi. Reifikasi diartikan sebagai “penyesuatuan” (thingification) atau proses mempercayai bahwa secara manusiawi bentuk-bentuk sosial yang terbentuk merupakan sesuatu yang alami, universal, absolut, dan akibatnya, bentuk-bentuk sosial tersebut, benar-benar memperoleh sifat-sifat tersebut.


Kapital, Kapitalis, dan Proletariat
            Marx menemukan inti masyarakat kapitalis didalam komoditas. Suatu masyarakat didominasi oleh onjek-objek nilai utamanya adalah pertukaran yang memproduksi kategori-katedori mastarakat tertentu. Dua tipe utama yang menjadi perhatian Marx adalah proletariat dan kapitalis. Proletarian adalah para pekerja yang menjual kerja mereka dan tidak memiliki alat-alat produksi sendiri. Proletariat tergantung sepenuhnya pada upahnya untuk bertahan hidup. Hal inilah yang membuat proletariat tergantung pada orang yang memberi upah.
            Orang yang memberi upah adalah kapitalis. Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi. Sebelum kita mengerti sepenuhnya apa itu kapitalis, kita harus mengerti terlebih dahulu apa itu kapital. Kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang. Dengan kata lain, kapital lebih merupkan uang yang diinvestasikan ketimbang uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Dipandang Marx sebagai “titik tolak kapital” sirkulasi komoditas. Sirkulasi bentuk pertama adalah ciri kapital, yaitu Uang – Komoditas – Uang (dengan uang yang lebih besar) (M1-C-M2). Sedangkan sirkulasi bentuk kedua bukan ciri kapital yaitu Komoditas – Uang – Komoditas (C1-M-C2).
            Dalam sirkulasi komoditas nonkapitalis, sirkuit C1-M-C2 lah yang menonjol. Tujuan utama pertukaran didalam sikulasi nonkapitalis adalah komoditas yang bisa kita gunakan dan nikmati. Sebaliknya sirkulasi komoditas kapitalis (M1-C-M2) memiliki tujuan untuk memproduksi lebih banyak uang. Komoditas-komoditas dibeli untuk mendapat keuntungan, bukan untuk digunakan. Tujuan dari sirkuit tidaklah konsumsi nilai guna, sebagaimana didalam sirkulasi sederhana komoditas, melainkan uang yang lebih banyak.
            Jadi kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang, namun Marx mengungkapkan kepada kita bahwa kapital bukan hanya itu kapital juga merupakan sebuah relasi sosial tertentu. Kapital tidak bisa meningkat kecuali dengan mengeksploitasi orang-orang yang bekerja secara aktul. Sistem kapitalis adalah struktur sosial yang muncul dari dasar hubungan eksploitatif. Para kapitalis adalah orang-orang yang hidup dari keuntungan kapital mereka, dan kita bisa melihat bahwa mereka adalah pewaris eksploitasi proletariat.
Eksploitasi
            Eksploitasi merupakan suatu bagian penting dari ekonomi kapitalis, di dalam kapitalisme adalah bahwa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi yang impersonal dan objektif. Kapitalis membayar para pekerja kurang dari nilai yang mereka hasilkan dan meraup keuntungan untuk diri mereka sendiri. Hal ini membawa kita pada konsep sentral Marx tentang nilai surplus, nilai surplus didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai produk ketika dijual dan nilai-nilai elemen-elemen yang digunakan untuk membuat produk tersebut ( termasuk kerja para pekerja).
            Nilai surplus, seperti halnya kapital, merupakan relasi sosial partikular dan suatu bentuk dominasi, karena kerja merupakan sumber nilai surplus yang sebenarnya. Angka nilai surplus merupakan ekspresi yang paling tepat bagi tingkat eksploitasi tenaga kerja oleh kapital atau eksploitasi para pekerja oleh kapitalis.
            Marx mengemukakan poin paling penting lainnya tentang kapital: “kapital eksis dan hanya bisa eksis sebagai kapital-kapital” maksudnya, bahwa kapitalisme selalu didorong oleh kompetisi yang tiada henti. Marx pada dasarnya berpendapat bahwa struktur dan etos kapitalisme mendorong kapitalis dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih banyak lagi. Berdasarkan pandangan Marx bahwa kerja merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap ploretariat. Inilah yang mendorong terjadinya konflik kelas.
Konflik Kelas
            Di dalam kapitalisme terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah para buruh dan para buruh yang kerja mereka diubah kembali menjadi nilai surplus. Konflik inheren inilah yang membentuk kelas-kelas.
            Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalis: kelas borjuis, merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Konflik antar kelas borjuis dan kelas proletar adalah contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya. Kontradiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja dan kapitalisme.
            Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak hanya menyebabkan revolusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern. Pada level ekonomis, Marx memprediksikan suatu rangkaian ledakan dan depresi yang disebabkan oleh produksi yang berlebihan oleh kapitalis dan pemecatan para pekerja demi meningkatkan keuntungan mereka. Sedangkan pada level politis, Marx memprediksikan peningkatan ketidak mampuan suatu masyarakat sipil untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan sosial.


Kapitalisme sebagai sesuatu yang baik
            Perhatian utama Marx adalah krisis-krisis yang tidak terelakkan dari kapitalisme dan gambarannya tentang kapitalisme sebagai suatu sistem dominasi dan eksploitasi, akan tetapi Marx juga melihat kapitalisme sebagai sesuatu yang baik. Sebagai sistem ekonomi paling kuat yang terus berkembang, kapitalisme menjanjikan kebebasan dari kelaparan dan bentuk-bentuk lain dari kekurangan kebutuhan pokok. Dari sudut pandang janji inilah Marx mengkritisi kapitalisme. Marx percaya bahwa kapitalisme adalah akar penyebab munculnya definisi-definisi karakter modern. Perubahan yang menjadi ciri modernitas dan penentangannya terhadap semua tradisi yamg telah diterima dimotori oleh kompetisi inheren dalam kapitalisme itu sendiri, sehingga para kapitalis terdorong untuk terus merevolusi alat-alat produksi dan mengubah masyarakat.
PEMAHAMAN MATERIALIS TENTANG SEJARAH
            Marx mengkritisi kapitalisme dari perspektif masa depannya karena dia yakin sejarah mengikuti garis-garis yang bisa di perkirakan. Didasarkan pada pemahaman materialis tentang sejarah (materialisme historis). Materialisme historis Marx adalah bahwa cara orang menyediakan kebutuhan-kebutuhan material mereka menentu atau secara umum, mengondisikan hubungan-hubungan antar mereka, institusi-institusi sosial mereka bahkan ide-ide mereka yang lazim. Institusi-institusi sosial yang lain dan bahkan ide-ide disebut sebagai superstruktur.
            Pandangan historis Marx tidak menyediakan perkiraan yang pasti dan lurus kedepan dimana superstruktur pasti selaras dengan dasar namun sebagaimana yang dicatat diatas, kebutuhan-kebutuhan ini secara historis berubah pada dirinya sendiri. Kekuatan-kekuatan produksi material adalah alat-alat yang aktual, mesin-mesin, pabrik-pabrik, dan eterusnya, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Relasi-relasi produksi merujuk kepada jenis asosiasi atau perkumpulan yang diciptakan manusia satu sama lain didalam memenuhi kebutuhan mereka.
            Teori Marx menyatakan bahwa suatu masyarakat akan cenderung mengadopsi sistem relasi-relasi sosial terbaik yang memfasilitasi pekerjaan dan perkembangan kekuatan-kekuatan produktifnya. Marx tidak pernah menjelaskan dengan gamblang dimana relasi-relasi produksi berhenti dan superstruktur bermula. Relasi dan bentuk-bentuk penopang cenderung berbentuk sokongan terhadap relasi-relasi produksi. Revolusi sering kali diperlukan untuk mengubah relasi-relasi produksi. Sumber utama revolusi adalah kondradiksi material antara kekuatan-kekuatan produksi dan relasi-relasi produksi. Dan revolusi menurut Marx, juga akan meelahirkan perubahan dalam relasi-relasi pendukung, institusi-institusi, dan ide-ide umum sehingga relasi-relasi produksi yang baru bisa terbentuk. Ide-ide umum menunjukkan fungsi, Marx memberikan nama khusus yaitu: ideologi.
            Tipe ideologi mudah terganggu karena didasarkan pada kontradiksi-kontradiksi mterial yang mendasarinya. Nilai manusia tidak benar-benar tergantung pada uang, dan kita sering menemui orang yang hidup membuktikan kontradiksi-kontradiksi itu.
            Marx menggunakan istilah ideologi untuk merujuk sistem aturan ide-ide yang sering lagi menyembunyikan kontradiksi yang berada dipusat sistem kapitalis. Mereka melakukan hal ini dengan salah satu dari tiga cara: 1. Mereka menghadirkan suatu sistem ide-sistem agama, filsafat, literatur, hukum yang menjadikan kontradiksi tampak koheren. 2. Mereka menjelaskan pengalaman-pengalaman twrsebut yang mengungkapkan kontradiksi, biasanya sebagai problem-problem personal atau keanehan-keanehan individual, atau 3. Mereka menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai yang benar-benar menjdi suatu kontradiksi pada hakikat manusia dan oleh karena itu satu hal yang tidak bisa dipenuhi oleh perubahan sosial.
Kebebasan, Persamaan, dan Ideologi
            Menurut Marx, ida-ide kita tentang kebersamaan dan kebebasan muncul dari kapitalisme. Marx berpikir bahwa perubahan didalam ide-ide kita ini bisa di telusuri jejaknya dalam praktik-praktik kapitalisme. Tindakan pertukaran yang merupakan dasar kapitalisme mengandaikan persamaan manusia yang melakukan pertukaran, sebagaimana dia juga mengandaikan adanya persamaan komoditas-komoditas yang dipertukarkan. Perbedaan-perbedaan kualitatif nilai-guna komoditas itu tertutupi oleh nilai tukarnya. Bagi Marx, kebebasan berarti kemampuan untuk mengontrol kerja kita sendiri dan produk-produknya.
            Ideologi-ideologi harus diciptakan untuk menjaga sistem kapitalis, dan satu cara dimana mereka melakukan hal ini dengan menggambarkan ketidaksetaraan sebagai kesetaraan dan ketidak bebasan sebagai kebebasan. Marx memandang bahwa kapitalisme adalah sesuatu yang baik. Ide-ide kebebasan dan kesetaraan muncul dari kapitalisme itu sendiri, dan ide-ide yang membawa kita pada pembubaran kapitalisme, menjadi komunisme.
Agama. Marx juga melihat agama sebagai sebuah ideologi. Dia merujuk pada agama sebagai candu masyarakat, kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agama adalah nafas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati spiritnya kondisi yang tanpa spirit.
            Marx percaya bahwa agama, seperti halnya ideologi, merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka deiberikan suatu bentuk agama. Marx merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideologi denganmenggambarkan ketidak adilan kapitalisme sebagai sebuah ujuian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner keakhirat.
Komunisme
            Tujuan pandangan sejarah materialis Marx adalah untuk memperkirakan poin-poin dimana tindakan politis bisa menjadi sangat efektif, maka pandangannya tentang perubahan-perubahan apa yang akan me4mbawa pada tahap selanjutnya adalah yang palintg penting. Marx berpikir bahwa kapitalisme mengembangkan produktifnya agar mampu memasuki suatu bentuk produksi yang baru, yang disebut dengan komunisme.
            Marx percaya bahwa komunisme berkaitan dengan pembuatan keputusan tentang apakah yang harus diproduksi dari ekonomi yang direifikasi yang berjalan didalam kepentingan-kepentingan segelintir kapitalis dan meletakkan pada tempatnya beberapa bentuk pembuatan keputusan sosial yang akan membuan kebutuhan-kebutuhan orang banyak masuk hitungan.[9]         
E.     Tipologi
Dalam menerapkan metodenya pada dialektika materialism, Marx menggaris bawahi sejumlah tahapan perkembangan dalam masyarakat, yang menggambarkan model produksi awal yang dominan pada setiap tahapan. Tipologi evolusioner ini berawal dengan tribalisme (kesukuan) yang kegiatan berburu, memancing, dan pertanian yang mendominasinya pada dasarnya bersifat patriat (keayahan) dan pembagian kerja menggambarkan perluasan dalam system keluarga. Dengan demikian, kekayaan pribadi dan pembagian kerja berada dalam batas minimal.
Kemudian kita lanjutkan tahapan berikutnya komunalisme (cara hidup bersama), yang di dalamnya terdapat perbudakan, awal mula kepemilikan pribadi, dan sistem pembagian kerja. Menurut Marx, dengan bidang pertanian, hal ini merubah menjadi feodalisme, sesuatu yang bersifat paternalistic, sistem ekonomi yang berdasarkan atas kepemilikan tanah ketika kaum ningrat / bangsawan menguasai kaum tani. Akan tetapi, struktur demikian menjadi tidak efisien dan tidak efektif dalam menghadapi urbanisasi, perkembangan kota borjuis yang memerlukan pengelolaan ekonomi, dan dampak–dampak umum dari penjajahan dan penjelajahan dunia.
 Akibat utama dari perkembangan–perkembangan ini adalah terjadinya evolusi kapitalisme, sebuah system yang menjadikan sumber– sumber alam dikuasai / dimonopoli dalam bentuk modal oleh para pemilik alat–alat produksi, tenaga kerja adalah komoditi pokok dari para pekerja, ideologi awal yang dominan adalah pemanfaatan penggunaan dan orientasi –uang dan masyarakat tersentrafikasi menjadi kelompok pemilik, para pengawas, dan para pekerja.
Kapitalisme memulai proses disolusinya (pembubaran) dengan menggerakkan masyarakat pada tujuan utamanya, yaitu Negara impian sosialis. Sistem ini berada di bawah kendali revolusioner kaum proletar, sehingga kepemilikan pribadi dihilangkan. Dalam arti kemudian, sosialisme mengandung suatu hasil terhadap permulaan Negara masyarakat yang bersifat kesukuan yang individu – individunya dihubungkan secara langsung pada lingkungan sosial dan fisik mereka. Tipologi evolusioner dan tingkatan masyarakat terangkum dalam bagan berikut.[10]
F.     Masalah – masalah
Ada beberapa problem di dalam teori Marx yang harus didiskusikan. Pertama, problem yang secara actual terdapat dalam komunisme. Kegagalan masyarakat–masyarakat komunis dan perubahannya menjadi ekonomi yang lebih berorientasi kapitalistis memaksa kita mempersoalkan apakah makna semua ini bagi peran teori Marxian dalam sosiologi. Ide–ide marx kelihatannya telah diuji dan ternyata gagal. Pada suatu waktu, hampir sepertiga populasi dunia hidup di bawah Negara–Negara yang terinspirasi ide–ide Marx. Sekarang banyak Negara Marxis ini menjadi Kapitalis, dan bahkan Negara–Negara yang masih mengklaim dirinya Marxis tak lain adalah bentuk Kapitalisme yang terbirokrasikan.
Untuk membantah kritik ini, kita bias mengemukakan bahwa Negara–Negara ini sebenarnya tidak pernah mengikuti ajaran–ajaran Marx, dan tidak pada tempatnya kalau kritik–kritik ditujukan untuk menyalahkan Marx atas penyalah gunaan teorinya. Sebagaimana di tulis oleh Alvin Gouldner (1970 : 3),“ Karena telah dirancang untuk mengubah dunia, dan bukannya untuk menghasilkan satu interpretasi lain atasnya, maka teori Marxis mestinya diukur berdasarkan skala sejarah”.  
Problem kedua yang sering dikemukakan adalah tidak adanya subjek emansipatoris. Inilah ide bahwa teori marx menempatkan proletariat di jantung perubahan sosial yang akan menggiring kepada komunisme, namun, pada kenyataannya proletariat jarang memperoleh posisi ini dan sering termasuk ke dalam kelompok – kelompok yang menentang komunisme. Hal ini juga di tambah dengan fakta bahwa para intelektual misalnya sosiolog – sosiolog akademis mengisi ke ruang yang ditinggalkan oleh proletariat dan mensubstitusikan aktivitas – aktivitas intelektual untuk perjuangan kelas. Kekecewaan para intelektual terhadap konservatisme ini di transformasikan menjadi sebuah teori yang menegaskan aturan ideology lebih gencar di bandingkan dengan yang dilakukan oleh Marx dan yang cenderung melihat “ pahlawan – pahlawan ” revolusi masa depan sebagai korban – korban penipuan. 
Problem ketiga adalah hilangnya dimensi gender. Salah satu poin utama dari teori Marx adalah bahwa kerja menjadi sebuah komoditas di bawah kapitalisme, sementara pada fakta historisnya hal ini lebih sedikit terjadi pada wanita ketimbang laki – laki. Untuk tingkatan yang lebih luas, kerja laki – laki yang diupah tergantung pada kerja wanita yang tidak diupah. Hal ini benar khususnya ketika hal ini terjadi pada generasi – generasi pekerja selanjutnya.
Problem keempat adalah bahwa Marx melihat ekonomi sebagai sesuatu yang dikendarai oleh produksi dan mengabaikan aturan konsumsi.fokusnya pada produksi menggiringnya untuk memprediksikan bahwa masalah – masalah efisiensi dan pemotongan upah akan menggiring pada proletarianisasi, peningkatan alienasi, dan semakin meruncingnya konfliks kelas.
Terakhir, sebagian menganggap Marx tidak kritis dalam menerima konsepsi kemajuan Barat sebagai sebuah problem. Marx percaya bahwa mesin sejarah adalah manusia yang selalu meningkatkan eksploitasi terhadap alam demi kebutuhan – kebutuhan materialnya. Di samping itu, Marx yakin bahwa hakikat manusia adalah kemampuannya untuk mengolah alam demi mencapai tujuan – tujuannya. Asumsi – asumsi inilah yang barangkali jadi penyebab banyaknya krisis lingkungan saat ini dan di masa datang.



[1]Graham C. Kinloch, Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi, ( Bandung : CV. Pustaka Setia, 2005 ), hlm 107.
[2]George Ritzer – Douglas J. Goodman, teori Sosiologi Modern, ( Jakarta : Kencana, 2007 ), edisi 6, hlm.32

[3] Ibid., hlm 32 - 33
[4] Graham C. Kinloch, op. cit., hlm 107.
[5] Ibid., hlm 107 - 108
[6] Doyle paul jonson, teori sosiologi klasik sampai perkembangan muthakir teori sosial post modern, (yogyakarta: kreasi wacana, 2010) hal. 50-52
[7] Doyle paul jonson, op cit, hal., 52-54
[8] Ibid., hal. 57-58
[9] Ibid., hal 59-75
[10] Graham C. Kinloch, op. cit., hlm 109 - 110

oleh : Binti Istianah

0 komentar:

Posting Komentar