AKAR-AKAR PENGLAJUAN
A.
Lingkungan
Hidup Masyarakat
Sarana
dan prasarana di Bandulan sudah banyak yang tersedia, sehingga mobilitas
penduduk cukup tinggi. Berbagai sarana komunikasi massa elektronik yang
dimiliki dan difungsikan, masyarakat Bandulan semakin terbuka terhadap
informasi global. Menurut hasil laporan penelitian oleh Institute teknologi
Malang (1996), ketersediaan jasa angkutan umum setiap saat bisa membantu
mobilitas penduduk.
Pasar
umum merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi sehari-hari masyarakat
Bandulan. Sumber air di desa Bandulan cukup dalam. Sebagian penduduk
menggunakan pompa air listrik dan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Bagi penduduk kurang mampu memanfaatkan air sungai untuk kebutuhannya.
Laju
pertumbuhan penduduk meningkat dikarenakan makin banyaknya pendatang yang
bekerja maupun memilih tinggal di Bandulan. Kebanyakan para pendatang menempati
wilayah Perumahan Bandulan Permai dan Perumahan Komando Resort Militer (Korem)
Bhaladikaya.
Bila
dicermati, ada jarak sosial yang cukup besar antara warga asli dengan
Perumahan. Beberapa warga sli menilai para pendatang tidak mau bermasyarakat.
Jarak sosial ini sebagian dikarenakan oleh aspek keruagan (spatial) yang
terpisah antara warga asli dengan warga pendatang, dan aspek sosial yang berupa
perbedaan status sosial ekonomi. Gejala yang sama juga terjadi pada wilayah
Perumahan Komando Resort Militer (Korem) Bhaladikaya.
Perbedaan-perbedaan
tidak akan dominan bila ada kepentingan yang lebih tinggi sifatnya. Seperti
pada perayaan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus. Semua warga
terlibat dalam hajat besar tersebut.
Sejalan
dengan bidang pendidikan, gerakan wajib belajar Sekolah Dasar telah
meningkatkan jumlah penduduk yang tamat SD. Sebaran penduduk menurut tingkat
pendidikan cukup banyak yang berpendidikan diatas SLTA, kebanyakan dari mereka
adalah pendatang. Hal in menunjukkan bahwa aspirasi pendidikan masyarakat asli
belum setinggi para pendatang.
Selain
faktor ekonomi, kecenderungan disebabkan oleh keterbatasan wawasan tentang
pekerjaan. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang bisa segera dipenuhi dengan
tingkat pendidikan minimal, mengakibatkan sebagian besar warga Bandulan kurang
menilai pentingnya pendidikan tinggi. Bagi mereka, pendidikan tidak memiliki
nilai dalam dirinya.
Dilihat
dari agama yang dianut warga, di Bandulan ada lima agama. Sebagian besar
penduduk beragama Islam. Hampir semua pembangunan peribadatan Islam bersandar
pada swadaya masyarakat setempat.
Tidak
bisa dihindari, konflik tersamar juga terjadi antar umat beragama, Islam dan
Katolik. Informasi yang di dapat, konflik terjadi dikarenakan adanya kegiatan
antar agama yang berdekatan, sehingga masing-masing merasa terganggu. Meski
sempat terjadi pertengkaran, pertebtangan ini segera diselesaikan oleh aparat
keamanan.
Konflik
sosial yang sering terjadi pada warga Bandulann bersumber pada SARA dan
kecemburuan sosial, khususnya karena perbedaan ras, agama dan ekonomi. Namun,
solidaritas sosial dalam bentuk gotong royong dan saling menolong warga
Bandulan juga sangat tinggi.
B.
Keterbatasan
Sektor Pertanian
Angka
pertumbuhan penduduk Bandulan pada lima tahun terakhir meningkat tajam.
Banyaknya para pendatang yang membeli tanah-tanah pekarangan untuk dijadikan
tempat tinggal maupun perusahaan mengakibatkan luas tanah sawah menyempit.
Keterbatasan sektor pertanian membuat warga beralih mata pencaharian. Mereka
umumnya juga bekerja sambilan dengan memelihara ternak, khususnya kambing.
Kehadiran
pabrik dan para pemukiman baru membuat wilayah ini berubah pesat. Irama hidup
perkotaan yang serba cepat sudah merasuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Bandulan. Kegiatan ekonomi di Bandulan pun makin terintegrasi pada sistem
ekonomi lebih besar yang bersandar pada uang.
Menurunnya
peran sektor pertanian dalam menghidupi warga Bandulan mengakibatkan warga
tunakisma mencari mata pencaharian yang lain. Buruh tani tunakisma yang tidak
bisa menyesuaikan diri semakin menurun kesejahteraannya.
C. Industri
Tidak Membumi
Salah
satu kelurahan di Kotamadya Dati II Malang, Bandulan memang menjadi salah satu
lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik oleh para investor. Beberapa
pertimbangannya adalah : (1) harga tanah relatif murah dan pembebasannya pun
relatif mudah, (2) terjangkau oleh berbagai jasa komunikasi dan transportasi ke
dan dari perkotaan, dan (3) ketersediaan tenaga kerja yang relatif murah.
Walau
tidak kentara, kecemburuan dan kejengkelan penduduk terhadap pemilik pabrik
tetap ada. Bila ada pemicunya, setiap saat penduduk bisa melakukan aksi-aksi
pengrusakan terhadap pabrik.
Kehadiran
pabrik baru hampir selalu menimbulkan masalah bagi warga sekitarnya. Keluhan
paling umum yang diajukan adalah : (a) kerusakan jalan karena truk-truk besar
pabrik yang sarat muatan, (b) pencemaran suara oleh deru mesin pabrik, (c)
pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik, dan (d) pelanggaran terhadap
kesepakatan antara masyarakat sekitar dengan pihak pabrik.
Kehadiran
pabrik-pabrik tersebut semula disambut hangat oleh warga. Ada harapan bahwa
kehadiran pabrik akan membantu warga setempat mengembangkan kehidupan sosial
ekonomi.
- Daya Tarik Kota
Seperti
halnya daerah-daerah lain di Indonesia, Kotamadya malang juga terus
melaksanakan pembangunan di berbagai sektor kehidupan dengan menyelaraskan
untuk terwujudnya Tri bina Cita Kota Malang sebagai arah pembangunan jangka
panjang yang meliputi : (1) Malang sebagai kota pendidikan, (2) Malang sebagai
kota industri, dan (3) Malang sebagai kota pariwisata.
Pembangunan
industri dan sektor produktif lainnya juga terus dikembangkan dan diarahkan
agar sektor industri makin menjadi penggerak utama ekonomi yang efisien serta
dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak.
Penyerapan
tenaga kerja sebagian besar pada kelompok angka indusrtri, industri kecil dan
industri non formal. Berkembangnya terus jumlah industri telah menjadi daya
tarik para pencari kerja, utamanya dari daerah-daerah pinggiran kota, setelah
sektor pertanian tidak lagi dapat mereka andalkan.
- Menglaju sebagai Siasat Masyarakat
Seluruh
angkatan kerja (10-64) di Bandulan ditaksir sekitar 7.786 orang. Dengan asumsi
proporsi menurut jenis kelamin sama, maka jumlah angkatan kerja laki-laki
adalah sekitar 3.893 orang. Dari jumlah angkatan kerja laki-laki tersebut
sebanyak 3.417 (87,77%) bekerja secara menglaju.
Sebagian
besar dari para penglaju itu bekerja sebagai tukang atau buruh bangunan.
Pekerjaan sebagai tukang bangunan telah turun temurun sejak para tetua mereka.
Peluang untuk bekerja sebagai tukang dan buruh bangunan semakin besar bersamaan
dengan dibukanya proyek-proyek perumahan di kota Malang.
Lazimnya,
para tukang dan tukang bangunan dari Bnadulan bekerja berkelompok.
Perkelompokan ini memiliki dasar-dasar primodialisme yang cukup kuat. Para
anggotanya adalah pemborong, mandor, tukang dan kuli, yang semuanya kerabat dan
teman dekat mereka sendiri.
Mereka
kurang suka bekerja dengan orang luar Bandulan. Ini menunjukkan bahwa ikatan
primodialisme mereka cukup kuat, sehingga kerekatan kelompok (group
cohesiveness) mereka pun cukup tinggi. Kerjasama mereka tidak sebatas dalam
pekerjaan, melainkan juga dalam kegiatan sehari-hari sebagai saudara, kerabat,
tetangga dan sahabat di tempat tinggalnya.
Dari
seluruh uraian diatas dapat dismpulkan bahwa :
(1) Kecakapan
kerja yang relatif dimiliki dan faktor gengsi pekerjaan di luar sektor
pertanian yang relatif lebih tinggi merupakan unsur dari dalam diri penduduk
asli Bandulan untuk bekerja dengan menglaju,
(2) Faktor
dari dalam diri itu diperkuat oleh kondisi obyektif karena keterbatasan sektor
pertanian untuk menampung tenaga kerja yang ada, dan
(3) Kondisi
obyektif upah harian pekerja pabrik di Bandulan tidak sebanding dengan biaya
hidup setempat.
Pada
bab 3 akan dijelaskan faktor-faktor yang mendorong perilaku menglaju pada
sebagian penduduk Bandulan.
A.
Lingkungan
Hidup Masyarakat
Sarana
dan prasarana di Bandulan sudah banyak yang tersedia, sehingga mobilitas
penduduk cukup tinggi. Berbagai sarana komunikasi massa elektronik yang
dimiliki dan difungsikan, masyarakat Bandulan semakin terbuka terhadap
informasi global. Menurut hasil laporan penelitian oleh Institute teknologi
Malang (1996), ketersediaan jasa angkutan umum setiap saat bisa membantu
mobilitas penduduk.
Pasar
umum merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi sehari-hari masyarakat
Bandulan. Sumber air di desa Bandulan cukup dalam. Sebagian penduduk
menggunakan pompa air listrik dan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Bagi penduduk kurang mampu memanfaatkan air sungai untuk kebutuhannya.
Laju
pertumbuhan penduduk meningkat dikarenakan makin banyaknya pendatang yang
bekerja maupun memilih tinggal di Bandulan. Kebanyakan para pendatang menempati
wilayah Perumahan Bandulan Permai dan Perumahan Komando Resort Militer (Korem)
Bhaladikaya.
Bila
dicermati, ada jarak sosial yang cukup besar antara warga asli dengan
Perumahan. Beberapa warga sli menilai para pendatang tidak mau bermasyarakat.
Jarak sosial ini sebagian dikarenakan oleh aspek keruagan (spatial) yang
terpisah antara warga asli dengan warga pendatang, dan aspek sosial yang berupa
perbedaan status sosial ekonomi. Gejala yang sama juga terjadi pada wilayah
Perumahan Komando Resort Militer (Korem) Bhaladikaya.
Perbedaan-perbedaan
tidak akan dominan bila ada kepentingan yang lebih tinggi sifatnya. Seperti
pada perayaan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus. Semua warga
terlibat dalam hajat besar tersebut.
Sejalan
dengan bidang pendidikan, gerakan wajib belajar Sekolah Dasar telah
meningkatkan jumlah penduduk yang tamat SD. Sebaran penduduk menurut tingkat
pendidikan cukup banyak yang berpendidikan diatas SLTA, kebanyakan dari mereka
adalah pendatang. Hal in menunjukkan bahwa aspirasi pendidikan masyarakat asli
belum setinggi para pendatang.
Selain
faktor ekonomi, kecenderungan disebabkan oleh keterbatasan wawasan tentang
pekerjaan. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang bisa segera dipenuhi dengan
tingkat pendidikan minimal, mengakibatkan sebagian besar warga Bandulan kurang
menilai pentingnya pendidikan tinggi. Bagi mereka, pendidikan tidak memiliki
nilai dalam dirinya.
Dilihat
dari agama yang dianut warga, di Bandulan ada lima agama. Sebagian besar
penduduk beragama Islam. Hampir semua pembangunan peribadatan Islam bersandar
pada swadaya masyarakat setempat.
Tidak
bisa dihindari, konflik tersamar juga terjadi antar umat beragama, Islam dan
Katolik. Informasi yang di dapat, konflik terjadi dikarenakan adanya kegiatan
antar agama yang berdekatan, sehingga masing-masing merasa terganggu. Meski
sempat terjadi pertengkaran, pertebtangan ini segera diselesaikan oleh aparat
keamanan.
Konflik
sosial yang sering terjadi pada warga Bandulann bersumber pada SARA dan
kecemburuan sosial, khususnya karena perbedaan ras, agama dan ekonomi. Namun,
solidaritas sosial dalam bentuk gotong royong dan saling menolong warga
Bandulan juga sangat tinggi.
B.
Keterbatasan
Sektor Pertanian
Angka
pertumbuhan penduduk Bandulan pada lima tahun terakhir meningkat tajam.
Banyaknya para pendatang yang membeli tanah-tanah pekarangan untuk dijadikan
tempat tinggal maupun perusahaan mengakibatkan luas tanah sawah menyempit.
Keterbatasan sektor pertanian membuat warga beralih mata pencaharian. Mereka
umumnya juga bekerja sambilan dengan memelihara ternak, khususnya kambing.
Kehadiran
pabrik dan para pemukiman baru membuat wilayah ini berubah pesat. Irama hidup
perkotaan yang serba cepat sudah merasuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Bandulan. Kegiatan ekonomi di Bandulan pun makin terintegrasi pada sistem
ekonomi lebih besar yang bersandar pada uang.
Menurunnya
peran sektor pertanian dalam menghidupi warga Bandulan mengakibatkan warga
tunakisma mencari mata pencaharian yang lain. Buruh tani tunakisma yang tidak
bisa menyesuaikan diri semakin menurun kesejahteraannya.
C. Industri
Tidak Membumi
Salah
satu kelurahan di Kotamadya Dati II Malang, Bandulan memang menjadi salah satu
lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik oleh para investor. Beberapa
pertimbangannya adalah : (1) harga tanah relatif murah dan pembebasannya pun
relatif mudah, (2) terjangkau oleh berbagai jasa komunikasi dan transportasi ke
dan dari perkotaan, dan (3) ketersediaan tenaga kerja yang relatif murah.
Walau
tidak kentara, kecemburuan dan kejengkelan penduduk terhadap pemilik pabrik
tetap ada. Bila ada pemicunya, setiap saat penduduk bisa melakukan aksi-aksi
pengrusakan terhadap pabrik.
Kehadiran
pabrik baru hampir selalu menimbulkan masalah bagi warga sekitarnya. Keluhan
paling umum yang diajukan adalah : (a) kerusakan jalan karena truk-truk besar
pabrik yang sarat muatan, (b) pencemaran suara oleh deru mesin pabrik, (c)
pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik, dan (d) pelanggaran terhadap
kesepakatan antara masyarakat sekitar dengan pihak pabrik.
Kehadiran
pabrik-pabrik tersebut semula disambut hangat oleh warga. Ada harapan bahwa
kehadiran pabrik akan membantu warga setempat mengembangkan kehidupan sosial
ekonomi.
- Daya Tarik Kota
Seperti
halnya daerah-daerah lain di Indonesia, Kotamadya malang juga terus
melaksanakan pembangunan di berbagai sektor kehidupan dengan menyelaraskan
untuk terwujudnya Tri bina Cita Kota Malang sebagai arah pembangunan jangka
panjang yang meliputi : (1) Malang sebagai kota pendidikan, (2) Malang sebagai
kota industri, dan (3) Malang sebagai kota pariwisata.
Pembangunan
industri dan sektor produktif lainnya juga terus dikembangkan dan diarahkan
agar sektor industri makin menjadi penggerak utama ekonomi yang efisien serta
dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak.
Penyerapan
tenaga kerja sebagian besar pada kelompok angka indusrtri, industri kecil dan
industri non formal. Berkembangnya terus jumlah industri telah menjadi daya
tarik para pencari kerja, utamanya dari daerah-daerah pinggiran kota, setelah
sektor pertanian tidak lagi dapat mereka andalkan.
- Menglaju sebagai Siasat Masyarakat
Seluruh
angkatan kerja (10-64) di Bandulan ditaksir sekitar 7.786 orang. Dengan asumsi
proporsi menurut jenis kelamin sama, maka jumlah angkatan kerja laki-laki
adalah sekitar 3.893 orang. Dari jumlah angkatan kerja laki-laki tersebut
sebanyak 3.417 (87,77%) bekerja secara menglaju.
Sebagian
besar dari para penglaju itu bekerja sebagai tukang atau buruh bangunan.
Pekerjaan sebagai tukang bangunan telah turun temurun sejak para tetua mereka.
Peluang untuk bekerja sebagai tukang dan buruh bangunan semakin besar bersamaan
dengan dibukanya proyek-proyek perumahan di kota Malang.
Lazimnya,
para tukang dan tukang bangunan dari Bnadulan bekerja berkelompok.
Perkelompokan ini memiliki dasar-dasar primodialisme yang cukup kuat. Para
anggotanya adalah pemborong, mandor, tukang dan kuli, yang semuanya kerabat dan
teman dekat mereka sendiri.
Mereka
kurang suka bekerja dengan orang luar Bandulan. Ini menunjukkan bahwa ikatan
primodialisme mereka cukup kuat, sehingga kerekatan kelompok (group
cohesiveness) mereka pun cukup tinggi. Kerjasama mereka tidak sebatas dalam
pekerjaan, melainkan juga dalam kegiatan sehari-hari sebagai saudara, kerabat,
tetangga dan sahabat di tempat tinggalnya.
Dari
seluruh uraian diatas dapat dismpulkan bahwa :
(1) Kecakapan
kerja yang relatif dimiliki dan faktor gengsi pekerjaan di luar sektor
pertanian yang relatif lebih tinggi merupakan unsur dari dalam diri penduduk
asli Bandulan untuk bekerja dengan menglaju,
(2) Faktor
dari dalam diri itu diperkuat oleh kondisi obyektif karena keterbatasan sektor
pertanian untuk menampung tenaga kerja yang ada, dan
(3) Kondisi
obyektif upah harian pekerja pabrik di Bandulan tidak sebanding dengan biaya
hidup setempat.
0 komentar:
Posting Komentar