Kamis, 25 September 2014

Makalah Sosiologi ( AKAR-AKAR PENGLAJUAN )

AKAR-AKAR PENGLAJUAN

A.           Lingkungan Hidup Masyarakat
Sarana dan prasarana di Bandulan sudah banyak yang tersedia, sehingga mobilitas penduduk cukup tinggi. Berbagai sarana komunikasi massa elektronik yang dimiliki dan difungsikan, masyarakat Bandulan semakin terbuka terhadap informasi global. Menurut hasil laporan penelitian oleh Institute teknologi Malang (1996), ketersediaan jasa angkutan umum setiap saat bisa membantu mobilitas penduduk.
Pasar umum merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi sehari-hari masyarakat Bandulan. Sumber air di desa Bandulan cukup dalam. Sebagian penduduk menggunakan pompa air listrik dan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Bagi penduduk kurang mampu memanfaatkan air sungai untuk kebutuhannya.
Laju pertumbuhan penduduk meningkat dikarenakan makin banyaknya pendatang yang bekerja maupun memilih tinggal di Bandulan. Kebanyakan para pendatang menempati wilayah Perumahan Bandulan Permai dan Perumahan Komando Resort Militer (Korem) Bhaladikaya.
Bila dicermati, ada jarak sosial yang cukup besar antara warga asli dengan Perumahan. Beberapa warga sli menilai para pendatang tidak mau bermasyarakat. Jarak sosial ini sebagian dikarenakan oleh aspek keruagan (spatial) yang terpisah antara warga asli dengan warga pendatang, dan aspek sosial yang berupa perbedaan status sosial ekonomi. Gejala yang sama juga terjadi pada wilayah Perumahan Komando Resort Militer (Korem) Bhaladikaya.
Perbedaan-perbedaan tidak akan dominan bila ada kepentingan yang lebih tinggi sifatnya. Seperti pada perayaan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus. Semua warga terlibat dalam hajat besar tersebut.
Sejalan dengan bidang pendidikan, gerakan wajib belajar Sekolah Dasar telah meningkatkan jumlah penduduk yang tamat SD. Sebaran penduduk menurut tingkat pendidikan cukup banyak yang berpendidikan diatas SLTA, kebanyakan dari mereka adalah pendatang. Hal in menunjukkan bahwa aspirasi pendidikan masyarakat asli belum setinggi para pendatang.
Selain faktor ekonomi, kecenderungan disebabkan oleh keterbatasan wawasan tentang pekerjaan. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang bisa segera dipenuhi dengan tingkat pendidikan minimal, mengakibatkan sebagian besar warga Bandulan kurang menilai pentingnya pendidikan tinggi. Bagi mereka, pendidikan tidak memiliki nilai dalam dirinya.
Dilihat dari agama yang dianut warga, di Bandulan ada lima agama. Sebagian besar penduduk beragama Islam. Hampir semua pembangunan peribadatan Islam bersandar pada swadaya masyarakat setempat.
Tidak bisa dihindari, konflik tersamar juga terjadi antar umat beragama, Islam dan Katolik. Informasi yang di dapat, konflik terjadi dikarenakan adanya kegiatan antar agama yang berdekatan, sehingga masing-masing merasa terganggu. Meski sempat terjadi pertengkaran, pertebtangan ini segera diselesaikan oleh aparat keamanan.
Konflik sosial yang sering terjadi pada warga Bandulann bersumber pada SARA dan kecemburuan sosial, khususnya karena perbedaan ras, agama dan ekonomi. Namun, solidaritas sosial dalam bentuk gotong royong dan saling menolong warga Bandulan juga sangat tinggi.

B.            Keterbatasan Sektor Pertanian
Angka pertumbuhan penduduk Bandulan pada lima tahun terakhir meningkat tajam. Banyaknya para pendatang yang membeli tanah-tanah pekarangan untuk dijadikan tempat tinggal maupun perusahaan mengakibatkan luas tanah sawah menyempit. Keterbatasan sektor pertanian membuat warga beralih mata pencaharian. Mereka umumnya juga bekerja sambilan dengan memelihara ternak, khususnya kambing.
Kehadiran pabrik dan para pemukiman baru membuat wilayah ini berubah pesat. Irama hidup perkotaan yang serba cepat sudah merasuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bandulan. Kegiatan ekonomi di Bandulan pun makin terintegrasi pada sistem ekonomi lebih besar yang bersandar pada uang.
Menurunnya peran sektor pertanian dalam menghidupi warga Bandulan mengakibatkan warga tunakisma mencari mata pencaharian yang lain. Buruh tani tunakisma yang tidak bisa menyesuaikan diri semakin menurun kesejahteraannya.

C.    Industri Tidak Membumi
Salah satu kelurahan di Kotamadya Dati II Malang, Bandulan memang menjadi salah satu lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik oleh para investor. Beberapa pertimbangannya adalah : (1) harga tanah relatif murah dan pembebasannya pun relatif mudah, (2) terjangkau oleh berbagai jasa komunikasi dan transportasi ke dan dari perkotaan, dan (3) ketersediaan tenaga kerja yang relatif murah.
Walau tidak kentara, kecemburuan dan kejengkelan penduduk terhadap pemilik pabrik tetap ada. Bila ada pemicunya, setiap saat penduduk bisa melakukan aksi-aksi pengrusakan terhadap pabrik.
Kehadiran pabrik baru hampir selalu menimbulkan masalah bagi warga sekitarnya. Keluhan paling umum yang diajukan adalah : (a) kerusakan jalan karena truk-truk besar pabrik yang sarat muatan, (b) pencemaran suara oleh deru mesin pabrik, (c) pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik, dan (d) pelanggaran terhadap kesepakatan antara masyarakat sekitar dengan pihak pabrik.
Kehadiran pabrik-pabrik tersebut semula disambut hangat oleh warga. Ada harapan bahwa kehadiran pabrik akan membantu warga setempat mengembangkan kehidupan sosial ekonomi.


  1. Daya Tarik Kota
Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, Kotamadya malang juga terus melaksanakan pembangunan di berbagai sektor kehidupan dengan menyelaraskan untuk terwujudnya Tri bina Cita Kota Malang sebagai arah pembangunan jangka panjang yang meliputi : (1) Malang sebagai kota pendidikan, (2) Malang sebagai kota industri, dan (3) Malang sebagai kota pariwisata.
Pembangunan industri dan sektor produktif lainnya juga terus dikembangkan dan diarahkan agar sektor industri makin menjadi penggerak utama ekonomi yang efisien serta dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak.
Penyerapan tenaga kerja sebagian besar pada kelompok angka indusrtri, industri kecil dan industri non formal. Berkembangnya terus jumlah industri telah menjadi daya tarik para pencari kerja, utamanya dari daerah-daerah pinggiran kota, setelah sektor pertanian tidak lagi dapat mereka andalkan.

  1. Menglaju sebagai Siasat Masyarakat
Seluruh angkatan kerja (10-64) di Bandulan ditaksir sekitar 7.786 orang. Dengan asumsi proporsi menurut jenis kelamin sama, maka jumlah angkatan kerja laki-laki adalah sekitar 3.893 orang. Dari jumlah angkatan kerja laki-laki tersebut sebanyak 3.417 (87,77%) bekerja secara menglaju.
Sebagian besar dari para penglaju itu bekerja sebagai tukang atau buruh bangunan. Pekerjaan sebagai tukang bangunan telah turun temurun sejak para tetua mereka. Peluang untuk bekerja sebagai tukang dan buruh bangunan semakin besar bersamaan dengan dibukanya proyek-proyek perumahan di kota Malang.
Lazimnya, para tukang dan tukang bangunan dari Bnadulan bekerja berkelompok. Perkelompokan ini memiliki dasar-dasar primodialisme yang cukup kuat. Para anggotanya adalah pemborong, mandor, tukang dan kuli, yang semuanya kerabat dan teman dekat mereka sendiri.
Mereka kurang suka bekerja dengan orang luar Bandulan. Ini menunjukkan bahwa ikatan primodialisme mereka cukup kuat, sehingga kerekatan kelompok (group cohesiveness) mereka pun cukup tinggi. Kerjasama mereka tidak sebatas dalam pekerjaan, melainkan juga dalam kegiatan sehari-hari sebagai saudara, kerabat, tetangga dan sahabat di tempat tinggalnya.
Dari seluruh uraian diatas dapat dismpulkan bahwa :
(1)   Kecakapan kerja yang relatif dimiliki dan faktor gengsi pekerjaan di luar sektor pertanian yang relatif lebih tinggi merupakan unsur dari dalam diri penduduk asli Bandulan untuk bekerja dengan menglaju,
(2)   Faktor dari dalam diri itu diperkuat oleh kondisi obyektif karena keterbatasan sektor pertanian untuk menampung tenaga kerja yang ada, dan
(3)   Kondisi obyektif upah harian pekerja pabrik di Bandulan tidak sebanding dengan biaya hidup setempat.

 AKAR-AKAR PENGLAJUAN

Pada bab 3 akan dijelaskan faktor-faktor yang mendorong perilaku menglaju pada sebagian penduduk Bandulan.
A.           Lingkungan Hidup Masyarakat
Sarana dan prasarana di Bandulan sudah banyak yang tersedia, sehingga mobilitas penduduk cukup tinggi. Berbagai sarana komunikasi massa elektronik yang dimiliki dan difungsikan, masyarakat Bandulan semakin terbuka terhadap informasi global. Menurut hasil laporan penelitian oleh Institute teknologi Malang (1996), ketersediaan jasa angkutan umum setiap saat bisa membantu mobilitas penduduk.
Pasar umum merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi sehari-hari masyarakat Bandulan. Sumber air di desa Bandulan cukup dalam. Sebagian penduduk menggunakan pompa air listrik dan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Bagi penduduk kurang mampu memanfaatkan air sungai untuk kebutuhannya.
Laju pertumbuhan penduduk meningkat dikarenakan makin banyaknya pendatang yang bekerja maupun memilih tinggal di Bandulan. Kebanyakan para pendatang menempati wilayah Perumahan Bandulan Permai dan Perumahan Komando Resort Militer (Korem) Bhaladikaya.
Bila dicermati, ada jarak sosial yang cukup besar antara warga asli dengan Perumahan. Beberapa warga sli menilai para pendatang tidak mau bermasyarakat. Jarak sosial ini sebagian dikarenakan oleh aspek keruagan (spatial) yang terpisah antara warga asli dengan warga pendatang, dan aspek sosial yang berupa perbedaan status sosial ekonomi. Gejala yang sama juga terjadi pada wilayah Perumahan Komando Resort Militer (Korem) Bhaladikaya.
Perbedaan-perbedaan tidak akan dominan bila ada kepentingan yang lebih tinggi sifatnya. Seperti pada perayaan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus. Semua warga terlibat dalam hajat besar tersebut.
Sejalan dengan bidang pendidikan, gerakan wajib belajar Sekolah Dasar telah meningkatkan jumlah penduduk yang tamat SD. Sebaran penduduk menurut tingkat pendidikan cukup banyak yang berpendidikan diatas SLTA, kebanyakan dari mereka adalah pendatang. Hal in menunjukkan bahwa aspirasi pendidikan masyarakat asli belum setinggi para pendatang.
Selain faktor ekonomi, kecenderungan disebabkan oleh keterbatasan wawasan tentang pekerjaan. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang bisa segera dipenuhi dengan tingkat pendidikan minimal, mengakibatkan sebagian besar warga Bandulan kurang menilai pentingnya pendidikan tinggi. Bagi mereka, pendidikan tidak memiliki nilai dalam dirinya.
Dilihat dari agama yang dianut warga, di Bandulan ada lima agama. Sebagian besar penduduk beragama Islam. Hampir semua pembangunan peribadatan Islam bersandar pada swadaya masyarakat setempat.
Tidak bisa dihindari, konflik tersamar juga terjadi antar umat beragama, Islam dan Katolik. Informasi yang di dapat, konflik terjadi dikarenakan adanya kegiatan antar agama yang berdekatan, sehingga masing-masing merasa terganggu. Meski sempat terjadi pertengkaran, pertebtangan ini segera diselesaikan oleh aparat keamanan.
Konflik sosial yang sering terjadi pada warga Bandulann bersumber pada SARA dan kecemburuan sosial, khususnya karena perbedaan ras, agama dan ekonomi. Namun, solidaritas sosial dalam bentuk gotong royong dan saling menolong warga Bandulan juga sangat tinggi.

B.            Keterbatasan Sektor Pertanian
Angka pertumbuhan penduduk Bandulan pada lima tahun terakhir meningkat tajam. Banyaknya para pendatang yang membeli tanah-tanah pekarangan untuk dijadikan tempat tinggal maupun perusahaan mengakibatkan luas tanah sawah menyempit. Keterbatasan sektor pertanian membuat warga beralih mata pencaharian. Mereka umumnya juga bekerja sambilan dengan memelihara ternak, khususnya kambing.
Kehadiran pabrik dan para pemukiman baru membuat wilayah ini berubah pesat. Irama hidup perkotaan yang serba cepat sudah merasuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bandulan. Kegiatan ekonomi di Bandulan pun makin terintegrasi pada sistem ekonomi lebih besar yang bersandar pada uang.
Menurunnya peran sektor pertanian dalam menghidupi warga Bandulan mengakibatkan warga tunakisma mencari mata pencaharian yang lain. Buruh tani tunakisma yang tidak bisa menyesuaikan diri semakin menurun kesejahteraannya.

C.    Industri Tidak Membumi
Salah satu kelurahan di Kotamadya Dati II Malang, Bandulan memang menjadi salah satu lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik oleh para investor. Beberapa pertimbangannya adalah : (1) harga tanah relatif murah dan pembebasannya pun relatif mudah, (2) terjangkau oleh berbagai jasa komunikasi dan transportasi ke dan dari perkotaan, dan (3) ketersediaan tenaga kerja yang relatif murah.
Walau tidak kentara, kecemburuan dan kejengkelan penduduk terhadap pemilik pabrik tetap ada. Bila ada pemicunya, setiap saat penduduk bisa melakukan aksi-aksi pengrusakan terhadap pabrik.
Kehadiran pabrik baru hampir selalu menimbulkan masalah bagi warga sekitarnya. Keluhan paling umum yang diajukan adalah : (a) kerusakan jalan karena truk-truk besar pabrik yang sarat muatan, (b) pencemaran suara oleh deru mesin pabrik, (c) pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik, dan (d) pelanggaran terhadap kesepakatan antara masyarakat sekitar dengan pihak pabrik.
Kehadiran pabrik-pabrik tersebut semula disambut hangat oleh warga. Ada harapan bahwa kehadiran pabrik akan membantu warga setempat mengembangkan kehidupan sosial ekonomi.


  1. Daya Tarik Kota
Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, Kotamadya malang juga terus melaksanakan pembangunan di berbagai sektor kehidupan dengan menyelaraskan untuk terwujudnya Tri bina Cita Kota Malang sebagai arah pembangunan jangka panjang yang meliputi : (1) Malang sebagai kota pendidikan, (2) Malang sebagai kota industri, dan (3) Malang sebagai kota pariwisata.
Pembangunan industri dan sektor produktif lainnya juga terus dikembangkan dan diarahkan agar sektor industri makin menjadi penggerak utama ekonomi yang efisien serta dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak.
Penyerapan tenaga kerja sebagian besar pada kelompok angka indusrtri, industri kecil dan industri non formal. Berkembangnya terus jumlah industri telah menjadi daya tarik para pencari kerja, utamanya dari daerah-daerah pinggiran kota, setelah sektor pertanian tidak lagi dapat mereka andalkan.

  1. Menglaju sebagai Siasat Masyarakat
Seluruh angkatan kerja (10-64) di Bandulan ditaksir sekitar 7.786 orang. Dengan asumsi proporsi menurut jenis kelamin sama, maka jumlah angkatan kerja laki-laki adalah sekitar 3.893 orang. Dari jumlah angkatan kerja laki-laki tersebut sebanyak 3.417 (87,77%) bekerja secara menglaju.
Sebagian besar dari para penglaju itu bekerja sebagai tukang atau buruh bangunan. Pekerjaan sebagai tukang bangunan telah turun temurun sejak para tetua mereka. Peluang untuk bekerja sebagai tukang dan buruh bangunan semakin besar bersamaan dengan dibukanya proyek-proyek perumahan di kota Malang.
Lazimnya, para tukang dan tukang bangunan dari Bnadulan bekerja berkelompok. Perkelompokan ini memiliki dasar-dasar primodialisme yang cukup kuat. Para anggotanya adalah pemborong, mandor, tukang dan kuli, yang semuanya kerabat dan teman dekat mereka sendiri.
Mereka kurang suka bekerja dengan orang luar Bandulan. Ini menunjukkan bahwa ikatan primodialisme mereka cukup kuat, sehingga kerekatan kelompok (group cohesiveness) mereka pun cukup tinggi. Kerjasama mereka tidak sebatas dalam pekerjaan, melainkan juga dalam kegiatan sehari-hari sebagai saudara, kerabat, tetangga dan sahabat di tempat tinggalnya.
Dari seluruh uraian diatas dapat dismpulkan bahwa :
(1)   Kecakapan kerja yang relatif dimiliki dan faktor gengsi pekerjaan di luar sektor pertanian yang relatif lebih tinggi merupakan unsur dari dalam diri penduduk asli Bandulan untuk bekerja dengan menglaju,
(2)   Faktor dari dalam diri itu diperkuat oleh kondisi obyektif karena keterbatasan sektor pertanian untuk menampung tenaga kerja yang ada, dan
(3)   Kondisi obyektif upah harian pekerja pabrik di Bandulan tidak sebanding dengan biaya hidup setempat.

0 komentar:

Posting Komentar